5 Pola Kehidupan Feodalisme pada Zaman Pertengahan

Abad atau zaman pertengahan (middle age) dimulai dengan jatuhnya Romawi Barat pada tahun 476 M sampai tahun 1492 M yang disebabkan oleh serbuan bangsa Got Barat dan Got Timur. Penyebab lainnya adalah perubahan sumber penghidupan bangsa Eropa dari perdagangan samudra menjadi pertanian.

5 Pola Kehidupan Feodalisme pada Zaman Pertengahan

Sejak berkembangnya agama Islam pada abad ke-7 dan ke-8 yang berhasil menguasai seluruh daerah pantai Timur Laut Tengah, Afrika Utara dan jazirah Iberia (Spanyol), hubungan antara Eropa dengan negeri-negeri di kawasan Timur Tengah menjadi terputus. Maka sejak itu masyarakat Eropa merubah sumber penghidupannya dari usaha perdagangan samudra menjadi pertanian.

Dengan adanya pola hidup yang agraris ini kemudian berkembang aturan Feodalisme (sistem atau aturan meminjam tanah) sejak pertengahan abad ke-8 dengan dipelopori oleh Karel Martel dari kerajaan Franca. Feodalisme mengalami masa keemasan pada masa pemerintahan raja Karel Agung (Charles Magna) dari Franca (768 M - 814 M).

Feodalisme, yang saat itu telah menjadi ciri dari perikehidupan manusia Eropa pada zaman pertengahan, melahirkan beberapa pola kehidupan yang berbeda dengan masa-masa sebelumnya, yaitu:

1. Sistem perekenomian in natura
Perikehidupan yang agraris ternyata mengubah sistem perekonomian uang ke perekonomian in natura (barter). Akibatnya para petani menjadi tulang punggung perekonomian yang menghasilkan sandang dan pangan bagi para penduduk yang berada di kota.

Di dalam kota-kota terdapat berbagai bidang usaha yang membuat berbagai macam kebutuhan, seperti pakaian, senjata, serta beberapa kebutuhan lainnya. Para pengusaha di bidang yang sama biasanya membentuk kelompok usaha untuk menyamakan harga barang-barang yang diproduksi.

Antara pengusaha juga dijalin suatu kerjasama erat yang disebut Gilda. Gilda-gilda itu biasanya sangat berpengaruh dalam pemasaran barang-barang yang diperlukan oleh konsumen, sehingga sering terjadi pemberlakuan harga yang seenaknya. Konsumen tidak bisa melawan karena barang-barang yang dibutuhkan tidak bisa dicari di tempat lain.

2. Sifat kepahlawan sangat dihargai
Pada zaman pertengahan sifat-sifat kepahlawanan dan keprajuritan seseorang sangatlah dihargai. Karena di zaman pertengahan sering terjadi peperangan dan pertentangan antar kaum bangsawan serta raja dengan raja vazal (bawahannya).

Dengan sering terjadinya peperangan tersebut maka muncullah kelompok ksatria yang disebut ridder atau knights. Sebelum diangkat oleh raja, seorang ridder harus menyatakan sumpah setia terlebih dahulu kepada raja, membela agama, membela kaum lemah, serta menjunjung tinggi keadilan. Kelompok ksatria pula lah yang menjadi pelopor perang Salib (1050 M - 1300 M).

Setiap kerajaan pada abad pertengahan sudah terbiasa memiliki kelompok ksatria, karena ksatria setia kepada raja, dan ksatria mampu bekerja lebih efektif sebab lebih menggunakan otaknya bila melakukan pertempuran.

3. Raja, gereja, dan bangsawan memiliki peran penting
Kehidupan feodalisme yang ketat pada zaman pertengahan menyebabkan golongan bangsawan, kaum gereja, serta raja memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat.

Tanah-tanah dimiliki oleh golongan-golongan tersebut, sedangkan rakyat hanya sebagai penggarap biasa dengan upah yang sangat rendah. Kaum bangsawan, kaum gereja, serta raja mempunyai hak atas hasil pertanian itu setengahnya, sedangkan yang setengahnya diberikan kepada para penggarap. Belum lagi, penggarap dibebani dengan biaya untuk produksi selanjutnya.

Raja, gereja, dan bangsawan juga berhak mengenakan pungutan pajak untuk kepentingan mereka sendiri. Keadaan seperti ini tentu saja memakmurkan ketiga golongan tadi, sedangkan para petani semakin miskin.

Alhasil, kehidupan para petani sangat terikat pada para pemilik tanah, petani diharuskan membayar pajak tinggi, petani juga tidak mempunyai kedudukan yang istimewa dalam pemerintahan, serta tidak bisa menyuarakan kehendaknya. Pokoknya segala penderitaan dialami oleh masyarakat kelas bawah Eropa pada zaman pertengahan ini.

4. Masa pembentukan kerajaan
Zaman pertengahan ini adalah masa pembentukan kerajaan-kerajaan, misalnya kerajaan Franca, Norman, Inggris, Jerman, dan Swedia. Walaupun kerajaan-kerajaan ini belum terbentuk dengan mantap mengingat kedudukan raja masih sangat tergantung pada kesetiaan raja-raja vazal (bawahannya).

Maka tidak heran jika raja-raja vazal selalu diminta untuk berjanji setia kepada kerajaan-kerajaan itu. Sebagai syarat misalnya, mereka harus membantu pemimpin dalam setiap peperangan.

5. Paus lebih berkuasa dibanding raja
Abad pertengahan merupakan masa pemantapan penyerahan agama Kristen Katolik Roma, serta pemantapan kekuasaan Paus sebagai pemimpin gereja Katolik.

Setelah Romawi Barat jatuh pada tahun 476 M, maka gereja tidak lagi berada di bawah kekuasaan raja. Justru sebaliknya, kedudukan Paus seolah-olah lebih tinggi daripada kedudukan raja. Paus sebagai kepala gereja Katolik sejak saat itu membaptis setiap pemimpin yang ada di seluruh Eropa.

Pengaruh gereja pada zaman pertengahan bukan hanya dalam bidang agama, tapi juga dalam bidang-bidang lainnya seperti pendidikan, dan ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, para penduduk Eropa pada zaman pertengahan pola hidupnya ditujukan untuk mematuhi segala peraturan yang dikeluarkan oleh gereja Katolik Roma. Kekuasaan raja seolah-olah tidak begitu berarti bila dibandingkan dengan kekuasaan Paus. Semua orang menganggap bahwa hidup ini ditujukan untuk memperoleh kebahagiaan di akhirat (memento mori).

Seperti itulah pola kehidupan feodalisme yang terjadi pada zaman pertengahan di Eropa.
Baca juga: Renaissance dan Humanisme.


0 comments:

Posting Komentar